M A T E R I T E K S D R A M A
Drama, sebagai karya sastra yang berbeda dari karya sastra lainnya memiliki beberapa ciri sebagai berikut ini.
- Memuat dialog atau percakapan yang dapat dibawakan oleh pemeran atau lakon drama.
- Mengandung cerita, kisah, atau narasi yang sampaikan melalui dialog atau percakapan antar tokohnya.
- Teks memiliki petunjuk khusus yang harus dilakukan oleh pemerannya, seperti: mengatur ekspresi (marah atau senang), melakukan aksi (berlari/melompat), dsb.
- Karena drama secara eksklusif menggunakan dialog sebagai isinya, maka penulisan percakapan tidak usah menggunakan tanda petik (“”).
Struktur Teks Drama
Seperti jenis teks lainnya, kita dapat membagi berbagai bagian-bagian yang membentuk sebuah teks drama. Bagian-bagian tersebut terstruktur secara sistematis dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses kreatif menulisnya.
Menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 237), struktur teks drama adalah sebagai berikut ini.
- Prolog, adalah kalimat atau kata-kata pembuka, pengantar, maupun latar belakang cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu yang telah di set dalam teks drama.
- Orientasi, merupakan pengenalan dan pengaturan aksi dan tempat yang meliputi: pengenalan tokoh, menyatakan situasi dan cerita, hingga permulaan dalam mengajukan konflik yang akan terjadi dalam kisah yang dibawakan dalam drama.
- Komplikasi, atau disebut juga sebagai bagian tengah cerita yang mulai mengembangkan konflik. Pada bagian ini tokoh utama akan menemukan berbagai rintangan antara ia dan tujuan atau keinginannya. Tokoh juga kerap mengalami berbagai kesalahpahaman dalam perjuangannya untuk menghadapi berbagai rintangan tersebut. (terjadi perseteruan antara protagonis dengan antagonis)
- Resolusi (denouement), yakni penyelesaian dari komplikasi atau berbagai rintangan yang menghalangi tokoh utama. Bagian ini harus muncul secara logis dan sesuai dengan berbagai komplikasi atau klimaks (puncak konflik yang menyekat komplikasi dan resolusi) yang sebelumnya telah dihadirkan.
- Epilog, merupakan bagian penutup dari drama berupa kata-kata penutup yang berisi simpulan atau amanat mengenai keseluruhan isi drama. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
Sebagai bahan bandingan untuk memperkuat pemahaman mengenai struktur drama, berikut adalah pendapat Endraswara (2011, hlm. 21) mengenai struktur drama.
- Babak, ialah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu dalam drama.
- Adegan, yakni bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang berhubungan dengan datang dan perginya seorang atau lebih ke atas pentas.
- Dialog, adalah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antar satu tokoh dengan yang lainnya untuk menceritakan kisah yang dibawakan.
- Prolog, merupakan bagian naskah yang ditulis penulis pada bagian awal dan pengantar naskah yang dapat berisi satu atau beberapa keterangan, hingga pendapat penulis mengenai kisah yang akan disajikan.
- Epilog, yakni penutup drama, biasanya diisi oleh pembawa acara.
Keduanya benar namun memiliki pertimbangan yang berbeda dalam membahas teks drama. Pada akhirnya, melalui perbandingan di atas kita dapat kembali memperkuat khazanah pemahaman terhadap struktur drama dengan lebih baik.
Bentuk Drama (Jenis)
Menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 243) terdapat beberapa bentuk atau jenis drama, di antaranya, adalah sebagai berikut.
Berdasarkan bentuk sastra cakapannya
a) Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi. b) Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
Berdasarkan sajian isinya
a) Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan.;
b) Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan, di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia;
c) Tragikomedi (drama duka ria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
Berdasarkan kuantitas cakapannya
a) Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata; b) Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata; c) Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak katakata.
Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a) Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik; b) Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari; c) Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.
Bentuk-bentuk lain ( alternatif / khas)
- Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, dan tematik;
- Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan;
- Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18);
- Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa;
- Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh utama;
- Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan);
- Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
Unsur Teks Drama
Drama merupakan teks yang terbentuk pula oleh banyak unsur yang berpadu di dalamnya. Berikut adalah pemparan unsur-unsur drama menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 245) yang meliputi berbagai hal di bawah ini.
Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana di dalam naskah drama, meliputi:
- Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di rumah, medan perang, di meja makan.
- Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.
- Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana/keadaan yang melatar belakangi suatu adegan yang berlangsung ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama. Misalnya, dalam budaya Jawa, dalam kehidupan masyarakat Betawi, Melayu, Sunda, Papua.
TOKOH
3. Tritagonis
Tritagonis disebut juga karakter ketiga atau penengah. Menggambarkan watak yang bijak. Berfungsi sebagai pendamai atau jembatan atas penyelesaian konflik. Biasanya muncul sebagai tokoh yang menyelesaikan permasalahan dalam sebuah cerita.
4. Figuran
Figuran merupakan tokoh atau peran yang kurang berarti dalam penceritaan. Figuran disebut juga peran pembantu. Berbeda dari penggolongan tiga tokoh sebelumnya, figuran digolongkan ke dalam jenis tokoh berdasarkan tingkat pentingnya peran.
Unsur Penokohan
Unsur penokohan di dalam seni teater dapat dibagi dalam beberapa kedudukan tokoh atau peran, antara lain sebagai berikut.
- Protagonis, adalah tokoh (pemeran) utama yang memainkan cerita hingga cerita memiliki peristiwa dramatis (konflik pertentangan).
- Antagonis, adalah lawan tokoh utama yang menghalangi dan menghambat tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya.
- Deutragonis, adalah tokoh yang berpihak dan membantu tokoh utama.
- Foil, adalah tokoh yang berpihak pada lawan tokoh utama.
- Tritagonis, adalah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh, lebih bersifat netral.
- Confident, adalah tokoh yang menjadi tempat pengutaraan tokoh utama.
- Raisonneur, adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton.
- Utility, adalah tokoh pembantu baik dari kelompok hitam maupun putih. Kedudukan tokoh utility kadang ditempatkan sebagai penghibur, penggembira, atau hanya sebatas pelengkap.
Teknik merupakan cara, metode, atau strategi dalam melakukan suatu kegiatan dengan tepat dan baik. Teknik pemeranan adalah suatu cara dan metode untuk membawakan peran atau tokoh dengan penuh totalitas.
Pesan atau Amanat
Kaidah Kebahasaan Teks Drama
Kaidah atau ciri kebahasaan teks drama yang paling kuat adalah di dalamnya hampir semua berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Sehingga, kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya.
Karena drama banyak menggunakan tuturan langsung, maka sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti: oh, ya, aduh, sih, dong. Selain itu, menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 264) teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.
- Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis) seperti: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
- Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, contohnya: menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
- Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, contohnya: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
- Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana, seperti: misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.
Referensi
- Endraswara, S. 2011. Metode pembelajaran drama. Yogyakarta: CAPS.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
- Kosasih, E. (2017). Jenis-jenis Teks. Bandung: Penerbit Yrama Media.
- Waluyo, H. J. (2002). Drama teori dan pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.